Jangan Takut Celaan Orang Kafir | Ustadz Dr. Abdullah roy, M.A

Ustadz Abdullah Roy Ustadz Abdullah Roy Videos
157Views
  • Facebook
  • Whatsapp
  • Twitter
  • Share

يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ

“Diantara sifat mereka tidak takut celaan yang mencela”
[QS. Al Maidah: 54]

Orang yang cinta kepada Allah dan Allah cinta kepada dirinya maka ia tidak takut celaan orang yang mencela kalau dia memang berada di atas kebenaran. jangankan dicela oleh orang yang dengan lisan mereka dia terbunuh karena membela kalimat Allah maka dia rela dan tidak takut. Kalau sekedar dicela, diumpat atau diremehkan karena dia melakukan sunnah maka ini ringan bagi mereka. Jangankan dicela, mereka dibunuh karena mereka berpegang teguh dengan tauhid, berpegang teguh dengan sunnah maka ini adalah sesuatu bagi mereka dan ini konsekwensi keimanan mereka kepada Allah dan RarulNya. Maka sifat orang wali diantara wali wali Allah mereka tidak takut terhadap celaan orang yang mencela tetapi mereka bersabar dan bukan berarti di sini seseorang berdakwah. Berdakwah seperti jihad dia juga memiliki aturan. Dakwah harus didasarkan ilmu, dakwah harusnya
lemah lembut kepada sesama

ان الرفق علیه الشيء الى الجنة

“Kelemahlembutan tidak ada kecuali dia akan menghiasinya”

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh nabi Musa dan nabi Harun untuk berlemah lembut
kepada fir’aun

فَقُولَا لَهُ قَوْلً

QS Thaha: 44

Hendaklah kalian engkau mengucapkan kepada fira’un kalian berdua mengucapkan kepada
fir’aun dengan ucapan yang baik, yang lembut.

Karena diharapkan kelemah lembutan di dalam berdakwah hikmahnya di dalam berdakwah manusia akan mudah masuk ke dalam agama ini, mudah untuk masuk sunnah nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Harus didasarkan ilmu dan kelemahlembutan dan harus bertahap. Harus mengikuti nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berdakwah. Di prioritaskan masalah tauhid, masalah aqidah,
baru setelah itu masalah shalat, kemudian masalah zakat dst. Karen agama islam adalah agama yang luas dan di sana ada inti agama islam, maka inlah yang kita ajarkan kepada orang lain. Termasuk ketika kita mengajarkan kepada keluarga, mengajarkan kepada anak, mendakwahi manusia di masjid atau mendakwahi di masyarakat kita maka yang perrtama kali kita dahulukan adalah masalah tauhid, masalah Aqidah. Jadi dakwah ada ilmunya. Bukan berarti tidak takut celaan orang kemudian orang sembarangan. Termasuk diantarnya ilmu dalam berdakwah yang namanya amar makruf nahi mungkar ini ada tingkatan tingkatannya

Sebagaimana sabda nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ

“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia rubah dengan tangannya.”
[HR Muslim: 49]

Dan maksud dengan tangannya di sini adalah dengan kekuasaannya. Kalau kita memiliki kekuasaan maka silahkan kita merubah kemungkaran dengan kekuasaaan yang kita miliki. Kita berkuasa di rumah kita bagi seorang kepala keluarga ada kemungkaran di rumah maka ini daerah kita. Mau kita ambil, mau kita buang karena ini adalah kemungkaran itu adalah
hak kita. Karena ini ada di dalam kekuasaan kita.

“Barangsiapa yang melihat kemungkaran hendaklah ia rubah dengan tangannya. Apabila ia
tidak mampu maka dengan lisannya.”

Berarti apabila seseorang tidak memiliki kekuasaan maka dia jangan merubah kemungkaran
dengan kekuasaan, karena ia tidak memilik. Yang bisa dia miliki adalah dengan lisan, kalau memang dia berilmu maka sampaikan dengan lisan, dia tidak bisamerubah dengan tangannya (kekuasaannya) maka dia nasehati dengan lisannya. mungkin dengan nasehat dari dia akanmerubah sendiri. Adapun seseorang merusak atau mengobrak abrik sebuah tempat maksiat padahal dia bukan orang yang berrwenang, bukan orang yang memiliki kekuasaan maka ini bukan termasuk fiqih dalam beramar ma’ruf nahi mungkar. Yang bisa dia lakukan apabila tidak memiliki kekuasaan adalah mengingatkan saja, mendatangi
dengan lisan saja. Kemudian kalau tidak mampu dengan lisan maka dengan hatinya,

فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ

“..kalau tidak mampu maka dengan hatinya”

لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ

“mengingkari dengan hati”

maksudnya adalah membencinya.

HSI Abdullah Roy:

____________
.
• Website : abdullahroy.com
• Youtube : youtube.com/hsiabdullahroy
• Twitter : twitter.com/hsiabdullahroy
• Facebook : facebook.com/hsiabdullahroy
• Instagram : instagram.com/hsi.abdullahroy