Shahihu Fiqhis Sunnah: 40 Permasalahan Seputar Darah Wanita - Ustadz Dr. Musyaffa ad Dariny, M.A.

  • Rodja TV
  • 01:18:00
  • 2021-11-19
  • 2021-11-19
Rodja TV Rodja TV Videos
204Views
  • Facebook
  • Whatsapp
  • Twitter
  • Share

40 Permasalahan Seputar Darah Wanita ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Kitab Shahihu Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 11 Dzulqa’dah 1442 H / 21 Juni 2021 M.

Kita kemarin sudah membahas tentang apa itu hakikat haid dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Kita sampai pada pembahasan tentang bagaimana kalau keluar bercak?

Maka bercak ini kita lihat waktunya, apakah waktunya bersambung dengan waktu haid, atau waktunya setelah selesai haid? Kalau waktunya bersambung dengan darah haid, maka bercak tersebut dianggap sebagai darah haid, begitupula jika ada cairan yang masih kuning (belum jernih).

Apabila bercak atau cairan yang masih ada campuran kuningnya itu keluar setelah selesai haid, maka bercak ini tidak dianggap haid, namun dianggap seperti darah istihadhah. Sehingga darah ini tidak menggangu shalat seseorang. Dengannya seseorang tetap wajib berpuasa. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ummu Athiyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu:

كنَّا لا نعُدُّ الكُدرةَ والصُّفرةَ بعدَ الطُّهرِ شيئًا

“Dahulu kami tidak menganggap bercak dan air keruh setelah suci dari haid sebagai sesuatu (yang sama dengan haid).” (HR. Abu Dawud)

Apabila bercak/air keruh/air yang tercampur warna kuning tersebut masih bersambung dengan keluarnya darah haid, maka itu masih dianggap darah haid. Sebagaimana dulu ibunda kita ‘Aisyah pernah ditanya tentang hal tersebut. Maka beliau mengatakan:

لَا تَعْجَلْنَ حَتَّى تَرَيْنَ القَصَّةَ البَيْضَاءَ
“Jangan tergesa-gesa sampai benar-benar keluar cairan yang jernih.” (HR. Bukhari)